Manusia dan Harapan

smadav antivirus indonesia

Selasa, 10 Mei 2011

Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap nilai-nilai Budaya Bangsa





Kerajinan batik merupakan salah satu hasil kebudayaan asli Indonesia yang sudah cukup lama. Batik dihasilkan melalui proses pembuatan motif batik di atas bahan mori dengan memakai malam/lilin sebagai perintang. Keberadaan batik mengundang decak kagum dunia internasional.

Sebagai bukti, pada tahun 2009 Bangsa Indonesia mendapat penghargaan batik sebagai warisan budaya dunia oleh United Nations Educational, Scientific, and Culture (UNESCO). Pengakuan UNESCO itu diberikan terutama karena penilaian terhadap keragaman motif batik yang penuh makna filosofis mendalam. Pemerintah dan rakyat Indonesia dinilai melakukan berbagai langkah nyata untuk melindungi dan melestasikan warisan budaya itu turun-temurun.

Pada masa kini istilah batik telah meluas dan mewahana ke berbagai bentuk pengertian dalam dimensi kemaknaan, prinsip tujuan, hingga menyangkut pengaruh kebhinekaan budaya Indonesia. Pada dasarnya ditinjau dari proses pengerjaannya, pengertian kata benda dan penggunaannya, batik bisa disebut sebagai kain bercorak. Kata batik dalam Bahasa Jawa, berasal dari akar kata "tik". Mempunyai pengertian hubungan dengan suatu pekerjaan halus, lembut dan kecil, mengandung unsur keindahan. Secara etimologis, berarti menitikkan malam/lilin dengan canting, sehingga membentuk corak terdiri atas susunan titikan dan garisan, bahkan dengan media kuas untuk lebih mempercepat proses pelilinan pada bidang motif yang lebar.

Batik sebagai kata benda merupakan hasil penggambaran corak di atas kain dengan menggunakan canting sebagai alat gambar dan malam sebagai zat perintang. Artinya secara teknis, batik suatu cara penerapan corak di atas kain, melalui proses celup rintang warna dengan malam/lilin sebagai medium perintangnya. Banyak kain yang prosesnya menggunakan teknik rintang warna di Indonesia. Seperti yang terjadi di Banten dan Toraja. Kain simbut berasal dari Banten. Kain sarita dan maa berasal dari Toraja. Keduanya diproses menggunakan teknik perintang yang dioleskan pada latar kain tetapi tidak menggunakan canting.

Disebutkan dalam "Buku Indonesia Indah tentang Batik", kain simbut (bahasa Sunda untuk selimut) merupaka kain yang amat tua. Pada waktu itu kain dibuat di daerah permukiman Suku Baduy sebelah Selatan Banten dan Selatan Sukabumi. Kain simbut diartikan sebagai bentuk yang terdiri dari kain-kain batik yang tampil kelak di kemudian hari di daerah Jawa lainnya. Sebagai alat pelukis corak digunakan kuas dari buluh kecil, sedangkan untuk mewarnai keseluruhan kain digunakan kuas dari sabut kelapa. Corak-corak kain simbut sangat sederhana. Ada motif geometris dengan dasar seperti siku, lingkaran, segitiga, garis dan titik yang mencerminkan ikonografis. Warna yang menonjol; warna hitam, biru, tua dan merah mengkudu. Kain sarita dan maa keduanya dikenal dengan sebutan batik Toraja. Media perintang warna, digunakan tawon (lebah). Alat pelukisnya sepotong buluh kecil untuk menghasilkan corak-corak geometris, figur-figur manusia dan binatang. Proses pencelupannya berlangsung satu kali dengan warna coklat maupun biru tua.

Ditinjau dari teknik pembuatannya, proses membatik terdapat dua macam batik yakni batik tulis dan batik cap. Keduanya memiliki rancangan, proses produksi dan ciri masing-masing. Batik tulis merupakan batik yang dihasilkan dengan cara menggunakan canting tulis sebagai alat bantu dalam melekatkan cairan malam/lilin pada kain. Canting tulis terbuat dari tembaga ringan, mudah untuk dilenturkan, tipis namun kuat, dipasangkan pada gagang buluh bambu maupun bubutan kayu yang ramping. Bagian tembaga tempat menampung cairan malam/lilin berbentuk seperti teko kecil dan mempunyai corong berlubang. Secara visual terdapat berbagai ukuran sebagai lorong tempat mengalirnya cairan malam. Perbedaan ukuran corong sangat diperlukan untuk berbagai jenis rupa pembatikan. Apabila motifnya kecil baik berwujud garis maupun titik maka proses pembatikannya harus menggunakan canting bercorong kecil. Apabila untuk menutupi bagian motif yang luas dan besar serta latar kain digunakan canting dengan lubang yang besar.

Batik cap adalah batik yang diproses menggunakan canting cap. Proses pencantingannya relatif lebih cepat dibandingkan dengan proses pencantingan batik tulis. Teknik pembatikan model batik cap perupakan pengaruh dari para pedagang India dan Cina. Keduanya datang ke Indonesia awal abad XIX dengan memperkenalkan canting cap tembaga. Canting cap tidak hanya digunakan untuk membuat hiasan tepi saja tetapi digunakan pula untuk mencetak gambar pada seluruh muka kain. Pewarnaannya melalui coletan pada motif yang dkehendaki kemudian ditutup degan malam/lilin.

Ungkapan religi dan komoditas perdagangan

Batik memiliki fungsi fisis selain mengungkapkan nilai artistik yang memberikan kepuasan batin. Sesuai dengan bergulirnya waktu dalam tempaan situasi dan kondisi, batik menjadi salah satu komoditas perdagangan, hingga masa kini. Batik dikenal sejak zaman Majapahit, terus berkembang pada masa kini. Meluasnya batik bermula di Jawa kurang lebih pada akhir abad ke-18. Awalnya batik, dihasilkan adalah batik tulis sampai awal abad ke-20 kemudian batik cap, sebenarnya dirintis sejak awal abad ke-19, namun meluas setelah perang dunia I. Saat itu lah batik berpotensi memacu dirinya di dalam konteks pelipatgandaan sebagai komoditas perdagangan.

Sejak masa prasejarah nenek moyang kita telah terampil melukis dinding-dinding gua. Kebutuhan terhadap ungkapan artistik, kemudian disalurkan pada penganekaragaman ragam hias yang dijumpai di berbagai barang keperluan hidup termasuk di dalamnya produk tekstil. Dorongan berbagai kemungkinan teknik penciptaan ragam hias seperti pada batik. Batik sebagai karya seni merupakan pengejawantahan dari kondisi yang melingkupinya. Apa yang diungkapkan merupakan curahan perasaan dan pemikiran terhadap kekuatan di luar dirinya. Batik lahir dari konsepsi estetika seni Jawa adiluhung yang indah dan tinggi. Rancangan dan motif, diciptakan seniman batik didapat dari ilham yang tak lepas dari kehidupan keagamaan. Sebagai karya seni, kerajinan batik tradisioal mempunyai unsur dalam bentuk proporsi, warna, serta garis yang diekspresikan dalam bentuk motif, pola dan ornamen yang penuh dengan makna simbolis, magis dan perlambangan. Awalnya batik dibuat terbatas hanya untuk kebutuhan keraton dan kaum bangsawan. Para abdi dalem selalu tekun membatik secara turun-tenurun guna memenuhi kebutuhan keluarga besar kerajaan dan adat istiadat, baik di Jogjakarta, Surakarta, maupun di Cirebon.

Seiring perkembangan dan kemajuan teknologi batik terus berkembang. Pembuatan batik tidak sekedar memenuhi kebutuhan keraton. Masyarakat luas pun sudah bisa mulai menikmati. Batik merambah sebagai komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan. Banyak para pengusaha batik dalam negeri menjalin hubungan dangan para pedagang asing, seperti Arab, Turki, Cina, Portugis, Belanda, Ingris dan Spanyol. Dengan demikian konsumen batik pun tidak terbatas pada daerah sekitar pembatikan, melainkan meluas ke luar daerah pembatikan. Hal ini merupakan kunci, perwujudan batik sebagai komoditi perdagangan yang sangat menjanjikan sebagai usaha kecil menengah.

Bersinarnya batik di Luar Jawa

Tidak dapat dipungkiri, awal kemunculan batik bersumber dari lingkungan keraton di Jawa. Kita kenal batik Jogja dan Solo. Kemudian ada batik Cirebonan. Ketiga daerah itu merupakan sentral tumbuh dan berkembangnya batik di Pulau Jawa. Muncul batik pesisiran seperti: Pekalongan, Lasem, Semarang, Indramayu, Pati, dan Kedu. Kemajuan informasi, pengetahuan dan teknologi memberikan peluang bagi tumbuh dan berkembangnya batik di Luar Jawa. Ada Batik Papua, ada batik Toraja, ada batik Kalimantan, dan akhir-akhir ini muncul batik Sumatera Utara (Batak, Melayu, dan Nias).

Sumatera Utara merupakan bagian wilayah di Ujung Barat Indonesia sebelum Aceh. Sumatera Utara mempunyai sumber budaya lokal yang dapat dijadikan ide atau gagasan dalam pembuatan batik. Di dalam proses pembuatan batik tidak akan lepas yang namanya pola, motif dan ornamen. Susunan dari pola akan membentuk motif. Susunan dari motif itu akan membentuk sebuah ornamen. Ornamen kemudian dibatik dengan teknik canting maupun teknik cap. Hal ini tergantung kebutuhan. Jika menggunakan canting akan dikenal batik tulis. Jika mengunakan cap akan dikenal batik cap atau printing. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan.

Berkembangnya batik di daerah tidak terlepas dari perhatian yang serius oleh pemerintah setempat. Sudah seharusnya pemerintah sebagai patron bagi seniman batik maupun komunitas perajin batik. Seperti dilakukan pemerintah Kota Binjai. Dalam ulang tahunnya ke-139, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Binjai menyelenggarakan "Pesta Budaya Kota Binjai". Salah satu agenda menarik dan perlu diapresiasi, lomba "Desain Seragam Motif Batik Pemko Binjai". Keinginan dan keberanian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemko Binjai menyelenggarakan lomba ini merupakan wujud keperdulian terhadap maraknya batik dan sebagai tanda cintanya terhadap produk Indonesia sebagai warisan budaya dunia.

Meskipun kita tau dalam sejarah di Sumatera Utara, memang tidak ada mengenal batik sebagaimana di Surakarta, Jogjakarta, mau pun di Cirebon. Keberanian ini perlu mendapat apresiasi yang tinggi. Perlombaan ini juga mendapat respon positif dari masyarakat luas. Ternyata setelah pada puncak penyeleksian karya muncul 25 (dua puluh lima) desain motif batik dengan berbagai macam motif.

Disinilah kejelian panitia lomba. Mereka menentukan topik harus mengambil latar belakang kota Binjai, baik berupa flora fauna, pariwisata dan sejarah kota Binjai. Demikian juga hal teknis pelaksanaan mulai dari motif pokok, motif pengisi, hingga pewarnaannya yang nantinya akan diwujudkan menjadi produk batik khas Binjai Sumatera Utara. Kota Binjai dikenal sebagai kota rambutan dijadikan pilihan favorit bagi pendesainer. Hampir semua desainer menjadikannya rambutan sebagai ide/gagasan kemudian dipadu dengan unsur motif lain. Ada daunnya, ada buah rambutan yang memerah, juga rantingnya. Ditambuh unsur motif geometris. Keempat unsur itu diolah sedemikian rupa menjadi sebuah desain motif batik yang indah. Hal itu didukung lagi dengan warna-warna yang lembut mencitrakan unsur kesejukan. Hal itu tampak dari karya Lailani. Kepekaan dan kejelian Lailani terhadap fenomena rambutan itulah mengantarkan dirinya memenangkan lomba. Sudah sewajarnya Lailani mendapatkan piala, piagam, dan hadiah yang menggiurkan dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Binjai. Apabila nantinya dapat direalisasikan dalam baju batik Pemko Binjai, akan mendapat royalti yang lebih besar lagi. Begitu pentingnya hak cipta untuk dilindungi, sehingga akan menjamin kelangsungan terhadap desain motif yang diciptakannya. Munculnya desain motif batik karya Lailani yang indah dan nantinya akan menjadi salah satu baju seragam batik khas Kota Binjai dapat dijadikan momentum bagi daerah lain. Lebih khusus bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang ada di Sumatera Utara. Dengan demikian akan menambah khasanah baju batik bagi Indonesia yang telah dijadikan sebagai warisan budaya dunia.

Penulis; Dosen Jurusan Seni Rupa dan Kepala Pusat Penelitian Bahasa & Seni UNIMED.

Manusia dan Keadilan




Peranan media sosial yang menyebabkan terjadinya gejolak politik di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara awalnya diharapkan membawa perubahan dalam perjuangan hak asasi manusia. Namun, perubahan itu kini berada di ujung tanduk. Hal itu diungkapkan Amnesty Internasional menjelang perayaan hari ulang tahunnya yang ke-50.

"Lima puluh tahun setelah Amnesty Internasional berjuang melawan represi, revolusi HAM kini berada di ambang perubahan," ujar Sekretaris Jenderal Amnesty Internasional Salil Shetty.

"Warga menolak ketakutan. Mereka yang mayoritas adalah kaum muda berdiri melawan peluru, gas air mata, dan tank. Keberanian itu ditunjang teknologi baru membuat mereka mampu mengungkapkan pemerintah yang selama ini menekan kebebasan berbicara dan demonstrasi damai. Namun, kekuatan represi itu melancarkan serangan balik. Sehingga, perjuangan meraih kebebasan dan keadilan kini berada di ujung tanduk," imbuh Shetty.

Saat perjuangan di Tunisia dan Mesir mencapai kesuksesan, pemerintah di Libia, Suriah, Bahrain, Yaman menunjukkan bahwa mereka siap melakukan kekerasan dengan memukuli bahkan membunuh para demonstran untuk mempertahankan kekuasaan mereka.

Amnesty Internasional dalam laporannya yang dirilis pada 2011 melaporkan bahwa pembatasan terhadap kebebasan berbicara terjadi di 89 negara, penahanan aktivis di 48 negara, penyiksaan terjadi di 98 negara, dan pengadilan yang tidak adil terjadi di 54 negara.

Selain itu, ribuan aktivis HAM mengalami ancaman, penahanan, disiksa, dan dibunuh di berbagai negara termasuk Afghanistan, Ango;a, Brasil, China, Meksiko, Rusia, Thailand, Turki, Uzbekistan, Vietnam, dan Zimbabwe. (RO/OL-13)

Tari Gandrung





Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.

Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrungditujukan untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.[3]

Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.

Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.
[sunting] Tata Busana Penari

Tata busana penari Gandrung Banyuwangi khas, dan berbeda dengan tarian bagian Jawa lain. Ada pengaruh Bali (Kerajaaan Blambangan) yang tampak.
[sunting] Bagian Tubuh

Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.
[sunting] Bagian Kepala

Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima] yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini.

Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.
[sunting] Bagian Bawah

Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya.
[sunting] Lain-lain

Pada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa dua buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari gandrung hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk bagian-bagian tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang subuh.
[sunting] Musik Pengiring

Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu buah kempul atau gong, satu buah kluncing (triangle), satu atau dua buah biola, dua buah kendhang, dan sepasang kethuk. Di samping itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap pertunjukan gandrung. Peran panjak dapat diambil oleh pemain kluncing.

Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone.
[sunting] Tahapan-Tahapan Pertunjukan

Pertunjukan Gandrung yang asli terbagi atas tiga bagian:

* jejer
* maju atau ngibing
* seblang subuh

[sunting] Jejer

Bagian ini merupakan pembuka seluruh pertunjukan gandrung. Pada bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tanpa tamu. Para tamu yang umumnya laki-laki hanya menyaksikan.
[sunting] Maju

Setelah jejer selesai, maka sang penari mulai memberikan selendang-selendang untuk diberikan kepada tamu. Tamu-tamu pentinglah yang terlebih dahulu mendapat kesempatan menari bersama-sama. Biasanya para tamu terdiri dari empat orang, membentuk bujur sangkar dengan penari berada di tengah-tengah. Sang gandrung akan mendatangi para tamu yang menari dengannya satu persatu dengan gerakan-gerakan yang menggoda, dan itulah esensi dari tari gandrung, yakni tergila-gila atau hawa nafsu.

Setelah selesai, si penari akan mendatang rombongan penonton, dan meminta salah satu penonton untuk memilihkan lagu yang akan dibawakan. Acara ini diselang-seling antara maju dan repèn (nyanyian yang tidak ditarikan), dan berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh. Kadang-kadang pertunjukan ini menghadapi kekacauan, yang disebabkan oleh para penonton yang menunggu giliran atau mabuk, sehingga perkelahian tak terelakkan lagi.
[sunting] Seblang subuh

Bagian ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian pertunjukan gandrung Banyuwangi. Setelah selesai melakukan maju dan beristirahat sejenak, dimulailah bagian seblang subuh. Dimulai dengan gerakan penari yang perlahan dan penuh penghayatan, kadang sambil membawa kipas yang dikibas-kibaskan menurut irama atau tanpa membawa kipas sama sekali sambil menyanyikan lagu-lagu bertema sedih seperti misalnya seblang lokento. Suasana mistis terasa pada saat bagian seblang subuh ini, karena masih terhubung erat dengan ritual seblang, suatu ritual penyembuhan atau penyucian dan masih dilakukan (meski sulit dijumpai) oleh penari-penari wanita usia lanjut. Pada masa sekarang ini, bagian seblang subuh kerap dihilangkan meskipun sebenarnya bagian ini menjadi penutup satu pertunjukan pentas gandrung.
[sunting] Perkembangan terakhir

Kesenian gandrung Banyuwangi masih tegar dalam menghadapi gempuran arus globalisasi, yang dipopulerkan melalui media elektronik dan media cetak. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pun bahkan mulai mewajibkan setiap siswanya dari SD hingga SMA untuk mengikuti ekstrakurikuler kesenian Banyuwangi. Salah satu di antaranya diwajibkan mempelajari tari Jejer yang merupakan sempalan dari pertunjukan gandrung Banyuwangi. Itu merupakan salah satu wujud perhatian pemerintah setempat terhadap seni budaya lokal yang sebenarnya sudah mulai terdesak oleh pentas-pentas populer lain seperti dangdut dan campursari.

Sejak tahun 2000, antusiasme seniman-budayawan Dewan Kesenian Blambangan meningkat. Gandrung, dalam pandangan kelompok ini adalah kesenian yang mengandung nilai-nilai historis komunitas Using yang terus-menerus tertekan secara struktural maupun kultural. Dengan kata lain, Gandrung adalah bentuk perlawanan kebudayaan daerah masyarakat Using.[4]

Di sisi lain, penari gandrung tidak pernah lepas dari prasangka atau citra negatif di tengah masyarakat luas. Beberapa kelompok sosial tertentu, terutama kaum santri menilai bahwa penari Gandrung adalah perempuan yang berprofesi amat negatif dan mendapatkan perlakuan yang tidak pantas, tersudut, terpinggirkan dan bahkan terdiskriminasi dalam kehidupan sehari-hari[5].

Sejak Desember 200, Tari Gandrung resmi menjadi maskot pariwisata Banyuwangi yang disusul pematungan gandrung terpajang di berbagai sudut kota dan desa. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga memprakarsai promosi gandrung untuk dipentaskan di beberapa tempat seperti Surabaya , Jakarta , Hongkong, dan beberapa kota di Amerika Serikat[6].

Manusia dan Cinta Kasih





Jika kita dengar kata – kata itu maka akan teringat pada satu definisi dasar yang berhubungan dengan persaan yang mungkin dapat mengingatkan kita pada seseorang yang memilki arti khusus dalam diri atau hidup kita. Persaan itu “Cinta” pasti akan datang pada diri setiap manusia ditampik atau tidak. Nurani setiap manusia pasti akan mengakui tentang perasaan yang satu itu ”Cinta” hanya saja mulutlah yang berkata bohong.

Cinta hanya datang pada mahluk Tuhan yang bernama manusia karena pada diri setiap diri manusia akan selalu diimbangi oleh akal dan nafsu. Dan cinta tidak akan pernah datang pada mahluk Tuhan lainnya karena mereka “Mahluk Tuhan Selain manusia” hanya memilki nafsu saja atau bahkan tidak sama sekali. Sebagai contoh sederhana malaikat, ia hanya memilki kebaikan saja dan selalu beribadah pada Tuhan begitu pula Iblis yang hanya memilki nafsu keburukan “menghasut dan selalu mengajak kita “manusia” agar mengikuti jalannya”. Kebaikan dan keburukan tersebut dapat dikategorikan kedalam nafsu atau emosionalitas. Pada binatang dan tumbuhanpun demikan. Hewan atau binatang hanya memilki nafsu dan bukan cinta karena pada hewan atau binatang didak disertai akal dan nurani.

Perasaan yang berawal dari pandangan mata hingga turun kehati merupakan bagian dari hidup dan kehidupan manusia, yang esensinya dapat melahirkan kreatifirtas dan cipta atau hasil karya melalui proses akhir, yaitu tanggung jawab. Cinta pada dasarnya dapat dikatakan sebagai budaya yang menggunakan perasaan serta akal sehat.

Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang dituangkan dalam goresan kertas dan kanvas seperti seni lukis dan gambar.

Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang memadukan irama dan nada dalam satu dinamisasi yang dikenal sebagai lagu dan seni musik.

Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni melalui goresan pena yang disebut sajak, pantun atau novel.

Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang menggabungkan antara medidisasi nada dan goresan pena yang melahirkan drama, film dan lain sebagainya.

Dan dari sebuah cintalah dapat melahirkan tanggung jawab, baik pada pasangan atau orang yang kita cintai atau pada lainnya, maka

Dari sebuah cintalah terlahir manusia – manusia baru yang menghuni semesta kita ini.

Ungkapan yang ditimbulkan dari satu kata cinta tentulah tidak dapat dilepaskan dari suatu media perantara yang dapat menggambarkan dan memvisualisasikan serta mendefinisikan tentang perasaan “Cinta” tersebut, baik melalui alat komunikasi “bahasa” yang melahirkan sajak, puisi dan lain sebagainya atau bahkan yang meng-irama-kan nada dan shimpony.

Jika kita berbicara mengenai cinta maka itupun tidak dapat dipisahkan dengan unsur – unsur seni dan kebudayaan yang ada. Cinta sama dengan budaya yaitu suatu rasa, karya dan karsa.

Cinta bukanlah suatu monopoli orang dewasa saja tetapi cinta juga dapat hadir pada anak kecil tanpa memandang siapa, dari mana, warna kulit dan lain sebagainya. Karena cinta pada dasarnya merupakan suatu rasa yang sangat sulit untuk diungkapkan, baik dengan kata atau nada. Cinta itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari kasih dan sayang karena keduanya “antara kasih dan sayang” merupakan aplikasi lanjutan atau esensi dari sebuah kata cinta melalui beberapa kata dalam bentuk kasih, sayang, pemujaan dan lainnya yang kesemuanya akan dibalut dalam satukata tingkat tinggi, yaitu tanggung jawab.

Cinta itu sendiri memilik unsur – unsur yang mempengaruhinya. Dengan kata lain penunjang sebagai pembuktian dari pengorbanan karena cinta syarat akan pengorbanan. Seperti ; Tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, pengertian saling percaya dan terbuka dan masih banyak lagi.

Muhamad Iqbal. eorang philosof Pakistan mengatakan tentang cinta. Cinta dimata Iqbal memiliki dimensi spiritual yang dinamakan Isyq-o muhasbat yang memberikan daya kreatifitas yang hidup dan sebagai berdirinya suatu pribadi dan kepribadian. Dimana cinta menduduki urutan pertama dalam tariqh (suatu jalan, cara atau ikhtiar) hingga menuju penyempurnaan diri dan pensucian hati. Cinta menurutnya juga merupakan stasiun terakhir yang terletak pada Tuhan yang bersifat fundamental.

Definisi tepat yang dapat menggambarkan tentang cinta sangatlah sulit untuk dijelaskan secara terperinci dan sempurna, karena jika api cinta sudah berlobar maka akan sangat sulit untuk dipadamkan. Cinta merupakan kekuatan spiritual yang dapat membangkitkan fungsi – fungsi kecerdasan emosional dan secara spiritualitas dapat menembangkan potensi – potensi orang yang sedang mengalaminya.

Manusia dan keindahan



Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni indahl, pemandangari alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, ta13nan, perabot rumah tangga dan sebagainya), suara, warna dan sebagainya. Keindahan adalah identik dengan kebenaran.

Menurut The Liang Gie dalam bukunya “G,a-ris Besar Estetik” (Filsafat Keindahan) dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful”, Perancis “beau”, Italia dan Spanyol “bello”, kata-kata itu ber­asal dari- bahasa Latin “bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi’ ”bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis “bellum”.

Selain itu menurut luasnya dibedakan pengertian:

1. Keindahan dalam arti luas.

Selanjutnya The Liang Gie menjelaskan.bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.

. Jadi pengertian yang seluas-Iuasnya meliputi :

· keindahan seni

· keindahan alam

· keindahan moral

· keindahan intelektual.

2. Keindahan dalam arti estetik murni.

Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seorang dalam hubungannya dellgan se:gala sesuatu yang diserapnya.

3. Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.

Keindahan dalam arti yang terbatas, me~punyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut bendabenda yang dapat -diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna. keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengarnat.

b. Nilai estetik

Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Dalam ”Dictionary of Sociology and Related Science” diberikan rumusan tentang nilai sebagai berikut :

‘”The believed Capacity of any object to saticgy a human desire. The Quality of any object which causes it be of interest to an individual or a group” (Kemampuan yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok).

Hal itu berarti, bahwa nilai adalah semata-mata adalah realita psikologi yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu (oleh orang) dianggap terdapat pada suatu benda sampai terbukti letak kebenarannya.

Nilai itu ada yang membedakan antara nilai sub yektif dan obyektif,Tetapi penggolongan yang penting ialah:

- Nilai ekstrinsik

Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (“instrumental! Contributory value”), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu contohnya :P uisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik

- Nilai intrinsik

Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Contohnya : pesan puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai intrinsik .

B. Pengelompokan-pengelompokan pengerian keindahan

dilihat dari beberapa persepsi tentang keindahan berikut ini :

1. Keindahan adalah sesuatu yang rnendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat (Tolstoy);

2. Keindahan adalah keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sarna lain, atau dengan keseluruhan itu sendiri. Atau, beauty is an order of parts in their manual relations and in their relation to the whole (Baumgarten).

3. Yang indah hanyalah yang baik. Jika belum baik ciptaan itu belurn indah. Keindahan harus dapat memupuk perasaan moral. Jadi ciptaan-ciptaan yang amoral tidak bisa dikatakan indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral (Sulzer).

4. Keindahan dapat terlepas sarna sekali dari kebaikan (Winehelmann).

5. Yang indah adalah yang rnemiliki proporsi yang harmonis. Karena proporsi yang harrnonis itu nyata, maka keindahan itu dapat disamakan dengan kebaikan. Jadi, yang indah adalah nyata dan yang nyata adalah yang baik (Shaftesbury). .

6. Keindahan adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang (Hume).

7. Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang, dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengalaman yang menyenangkan (Hemsterhuis).

Dengan melihat demikian beragamanya pengertian keindahan, dan kita harus percaya bahwa yang di atas itu hanyalah sebagian kecil, boleh jadi akan rnengeeewakan kita yang menuntut adanya satu pengertian yang tunggal tapi yang memuaskan. Namun demikian, dari berbagai pengertian yang ada, sebenarnya, kita bisa menempatkannya dalam kelompok-kelompok pengertian tersendiri, Pengelompokan-pengelompokan yang bisa kita buat adalah sebagai berikut :

1. Pengelompokan pengertian keindahan berdasar pada titik pijak atau landasannya.

Dalam hal ini ada dua pengertian keindahan, yaitu yang bertumpu pada obyek dan subyek, Yang pertama, yaitu keindahan yang obyektif, adalah keindahan yang memang ada pada obyeknya sementara kita sebagaimana mestinya. Sedang yang kedua; yang disebut keindahan subyektif; adalah keindahan yang biasanya ditinjau dari segi subyek yang melihat dan menghayatinya. Di sini keindahan diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang pada diri si penikmat dan penghayat (subyek) tanpa dicampuri keinginan-keinginan yang bersifat praktis, atau kebutuhan·kebutuhan pribadi si penghayat.

2. Pengelompokan pengertian keindahan dengan berdasar pada cakupannya.

Bertitik tolak dari landasan ini kita bisa membedakan antara keindahan sebagai kualitas abstrak dan keindalan sebagai sebuah bcnda tertentu yang memang indah. Perbedaan semacam ini lebih tampak, misalnya dalam penggunaan bahasa Inggris yang mengenalnya istilah beauty untuk keindahan yang pertama, dan istilah The Beautiful untuk pengertian yang kedua, yaitu benda atau hal·hal tertentu yang memang indah.

3. Pengelompokan pengertian keindahan berdasar luas-sempitnya.

Dalam pengelompokan ini kita bisa membedakan antara pengertian keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik murni, dan dalam arti yang terbatas. Keindahan dalam arti luas, menurut The Liang Gie, mengandung gagasan tentang kebaikan. Untuk ini bisa dilihat misalnya dari pemikiran Plato, yang menyebut adanya watak yang indah dan hukum yang indah: Aristoteles yang melihat keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan

Dari apa yang dikemukakan di atas, ada hal bisa kita petik, yaitu: Pertama, keindahan menyangkut persoalan filsafati, sehingga jawaban terhadap apa itu keindahan sudah barang tentu bisa bermacam-macam. Kedua, keindahan sebagai pengertian mempunyai makna yang relatif, yaitu sangat tergantung kepada subyeknya.

Pengertian keindahan tidak hanya terbatas pada kenikmatan penglihatan semata-mata, tetapi sekaligus kenikmatan spiritual. Itulah sebabnya Al-Ghazali memasukkan nilai-nilai spiritual, moral dan agama sebagai unsur-unsur keindahan, di samping sudah . barang. tentu unsur-unsur yang lain.

C. Alasan Manusia Mencipta Keindahan

Keindahan itu pada dasamya adalah alamiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa keindahan itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu artinya wajar, tidak herlebihan tidak pula kurang. Kalau pelukis wanita lebih cantik dari keadaan yang sebenarnya, justru tidak indah. Karena akan ada ucapan “lebih cantik dari warna aslinya”. Bila ada pemain drama yang berlebihlebihan, misalnya marah dengan meluap-Iuap padahal kesalahan kecil, atau karena kehilangan sesuatu yang tak berharga kemudian menangis meraung-raung, itu berarti tidak alamiah.

Maka keindahan berasal dari kata indah berarti bagus, permai, cantik, molek dan sebagainya. Benda yang mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam semesta ciptaan Tuhan. Sangat luas kawasan keindahan bagi manusia. Karena itu kapan, di mana, dan siapa saja dapat menikmati keindahan.

D. Hubungan manusia dan keindahan

manusia memiliki lima komponen yang secara otomatis dimiliki ketika manusia tesebut dilahirkan. Ke-lima komponen tersebut adalah nafsu, akal, hati, ruh, dan sirri (rahasia ilahi). Dengan modal yang telah diberikan kepada manusia itulah (nafsu, akal dan hati) akhirnya manusia tidak dapat dipisahkan dengan sesuatu yang disebut dengan keindahan. Dengan akal, manusia memiliki keinginan-keinginan yang menyenangkan (walaupun hanya untuk dirinya sendiri) dalam ruang renungnya, dengn akal pikiran manusia melakukan kontemplasi komprehensif guna mencari niolai-nilai, makna, manfaat, dan tujuan

dari suatu penciptaan yang endingnya pada kepuasan, dimana kepuasan ini juga merupakan salah satu indikator dari keindahan.

Akal dan budi merupakan kekayaan manusia tidak dirniliki oleh makhluk lain. Oleh akal dan budi manusia memiliki kehendak atau keinginan pada manusia ini tentu saja berbeda dengan “kehendak atau keinginan” pada hewan karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda. Kehendak atau keinginan pada manusia bersumber dari akal dan budi, sedangkan kehendak atau keinginan pada hewan bersumber dari naluri.

Sesuai dengan sifat kehidupan yang menjasmani dan merohani, maka kehendak atau keinginan manusia itu pun bersifat demikian. Jumlahnya tak terbatas. Tetapi jika dilihat dari tujuannya, satu hal sudah pasti yakni untukmenciptakan kehidupan yang menyenangkan, yang memuaskan hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa “yang mampu menyenangkan atau memuaskan hati setiap manusia itu tidak lain hanyalah sesuatu yang “baik”, yang “indah”. Maka “keindahan pada hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia; karena dengan keindahan tu itu manusia merasa nyaman hidupnya. Melalui suasana . keindahan itu perasaan “(ke) manusia (annya)” tidak terganggu.

Dengan adanya keinginan-keinginan tersebut, manusia menggunakan nafsunya untuk mendorong hasrat atau keinginan yang dipikirkan atau direnungkan oleh sang akal tadi agar bisa terrealisasikan. Ditambah lagi dengan anugrah yang diberikan-Nya kepada kita (manusia) yakni berupa hati, dimana dengan hati ini manusia dapat merasakan adanya keindahan, oleh karena itu manusia memiliki sensibilitas esthetis.

Selain itu manusia memang secara hakikat membutuhkan keindahan guna kesempurnaan pribadinya. Tanpa estetika manusia tidak akan sempurna, Karena salah satu unsur dari kehidupan adalah estetika. Sedang manusia adalah mahluk hidup, jadi dia sangat memerlukan estetika ini.

Manusia dan Penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita, derita berasal dari bahasa sansekerta, dhra yang berarti menahan atau menanggung. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa indonesia derita artinya menanggung (merasakan) sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.

Penderitan termasuk realitas dunia dan manusia. Itenitas penderitaan bertingkat – tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat tidaknya itensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bengkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.

* Siksaan

Penderitaan biasanya disebabkan oleh siksaan, Siksaan biasa dirasakan pada badah atau jasmani, dan juga dapat berupa siksaan jiwa atau rohani.
Masalah siksaan jiwa atau rohani (psikis) yang akan diuraikan dalam Ilmu Budaya Dasar, antara lain :

* Kebimbangan

Kebimbangan pasti akan dialami ketika seseorang dihadapkan oleh dua pilihan yang penting yang ia tidak dapat menentukan pilihan yang mana yang akan diambil.

* Kesepian

Kesepian dialami seseorang berupa rasa sepi dalam dirinya atau jiwanya, hal ini akan terus ia rasakan walaupun ia dalam lingkungan orang ramai. Ini yang perlu dianalisa pertama kali. Perbedaan antara kesepian dengan kesendirian. Kesepian itu perasaan sepi. Sendirian itu ketika seseorang dalam keadaan sendiri. Kesepian bisa berarti seperti “ayam kelaparan di lumbung padi”. Banyak orang di sekitarnya tetapi tetap merasa sepi. Sedangkan sendirian dalam keadaan sendiri, tetapi tidak merasa sepi.

* Ketakutan

Ketakutan (fobia) adalah kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan tidak realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu. Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti.