Selasa, 10 Mei 2011
Manusia dan Keadilan
Peranan media sosial yang menyebabkan terjadinya gejolak politik di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara awalnya diharapkan membawa perubahan dalam perjuangan hak asasi manusia. Namun, perubahan itu kini berada di ujung tanduk. Hal itu diungkapkan Amnesty Internasional menjelang perayaan hari ulang tahunnya yang ke-50.
"Lima puluh tahun setelah Amnesty Internasional berjuang melawan represi, revolusi HAM kini berada di ambang perubahan," ujar Sekretaris Jenderal Amnesty Internasional Salil Shetty.
"Warga menolak ketakutan. Mereka yang mayoritas adalah kaum muda berdiri melawan peluru, gas air mata, dan tank. Keberanian itu ditunjang teknologi baru membuat mereka mampu mengungkapkan pemerintah yang selama ini menekan kebebasan berbicara dan demonstrasi damai. Namun, kekuatan represi itu melancarkan serangan balik. Sehingga, perjuangan meraih kebebasan dan keadilan kini berada di ujung tanduk," imbuh Shetty.
Saat perjuangan di Tunisia dan Mesir mencapai kesuksesan, pemerintah di Libia, Suriah, Bahrain, Yaman menunjukkan bahwa mereka siap melakukan kekerasan dengan memukuli bahkan membunuh para demonstran untuk mempertahankan kekuasaan mereka.
Amnesty Internasional dalam laporannya yang dirilis pada 2011 melaporkan bahwa pembatasan terhadap kebebasan berbicara terjadi di 89 negara, penahanan aktivis di 48 negara, penyiksaan terjadi di 98 negara, dan pengadilan yang tidak adil terjadi di 54 negara.
Selain itu, ribuan aktivis HAM mengalami ancaman, penahanan, disiksa, dan dibunuh di berbagai negara termasuk Afghanistan, Ango;a, Brasil, China, Meksiko, Rusia, Thailand, Turki, Uzbekistan, Vietnam, dan Zimbabwe. (RO/OL-13)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar